TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengakui harga avtur di Indonesia lebih mahal 20 persen dibanding harga internasional. Budi meminta harga avtur tersebut bisa diturunkan hingga 10 persen.
"Sebenarnya kalau diturunkan 10 persen, masih oke, kami minta harganya ditekan 10 persen," kata Budi seusai acara Investment Award 2018 di BKPM, Jakarta, Kamis, 12 Juli 2018.
Baca Juga:
Budi mengatakan bakal segera menemui PT Pertamina (Persero) untuk membahas kemungkinan menurunkan harga avtur yang terbilang mahal. "Ya nanti saya tugaskan Dirjen Udara ke sana dalam minggu depan," ucapnya.
Baca: Minyak Mentah Turun, Pertamina Sesuaikan Harga Avtur
Hal tersebut dikatakan Budi merespons hasil rapat di Istana Bogor pada Senin, 9 Juli 2018, tentang insentif bagi maskapai berbiaya murah atau low cost carrier (LCC). Insentif itu mencakup tiga hal. Pertama, memperluas jaringan dan operasional maskapai penerbangan bertarif rendah nasional agar fleksibilitas mereka ke berbagai tempat di seluruh Indonesia berjalan baik.
Kedua, menurunkan harga avtur yang, menurut Budi, lebih mahal 20 persen di Indonesia daripada harga internasional. Ketiga, menghitung ulang tarif LCC. "Kami sudah bahas dengan INACA (Indonesia National Air Carriers Association) tentang konsep apa yang akan kami lakukan berkaitan dengan LCC. LCC ini penting," kata Menhub setelah menghadiri Indonesia Development Forum (IDF) 2018 di Hotel Ritz-Carlton, Kuningan, Jakarta, Selasa, 10 Juli 2018.
Baca: Depot Mini Pertamina Salurkan Avtur Bandara Berau
Pemerintah menyiapkan strategi yang mampu memperkuat ekspor atau aktivitas yang menghasilkan devisa. "Kami juga menekankan para operator penerbangan harus efisien sehingga menentukan batas bawah, segala sesuatu dengan mereka, harus kami bahas secara integrated. Jangan membuat suatu peraturan yang nanti justru memberi bumerang bagi industri itu sendiri," ujar Menhub Budi Karya.